Pesantren
sebagai front perlawanan terhadap penjajah merupakan kenyataan sejarah
yang terjadi disetiap tempat dan sembarang zaman. Perlawanan digerakkan
dari pesantren dan karenanya pesantren menjadi basis perlindungan kaum
pejuang kemerdekaan. Demikian halnya yang terjadi di pesantren Demangan
Bangkalan yang dipimpin Kiai Cholil yang sangat kharismatik. Suatu
ketika, ada beberapa pejuang dari Jawa yang bersembunyi dikompleks
Pesantren Demangan yang jauh dari keramaian kota itu.
Lama-kelamaan tentara penjajah mencium gelagat itu, maka tidak ada
pilihan lain kecuali harus mengerahkan tentara yang cukup besar untuk
mengobrak-abrik kompleks pesantren. Mereka begitu yakin para pejuang
bersembunyi di pesantren, tetapi mereka terkejut dan marah ketika dalam
setiap penggerebekan tak menemukan apa-apa. Tidak seorang pun yang
dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan ditemukan, di antara sekian santri
yanag sedang mengaji. Karena jengkel, akhirnya mereka menahan Kiai
Cholil sebagai sandera. Mereka Berharap, dengan menyandera Kiai Cholil
yang sudah sepuh itu, para pejuang mau menyerahkan diri.
Ketika Kiai Cholil dimasukkan ke dalam tahanan, Belanda direpotkan
oleh berbagai kejadian yang aneh-aneh. Mula-mula, semua pintu tahanan
tak bisa ditutup, hal itu membuat semua aparat penjajah harus berjaga
siang dan malam, agar tahanan yang lain melarikan diri. Sementara itu
para pejuang ditunggu-tunggu tidak kunjung menyerahkan diri, walaupun
pimpinan mereka ditangkap.
Melihat kiainya ditahan, maka setiap hari ribuan orang dari berbagai
penjuru Pulau Madura, bahkan juga dari Jawa berdatangan untuk menjenguk
dan mengirim makanan kepada Kiai Cholil yang sangat mereka hormati.
Tentu saja hal itu juga memusingkan pihak penjajah, karena penjara
menjadi ramai seperti pasar. Akhirnya mereka mengeluarkan larangan
mengunjungi Kiai Cholil. Tapi ini juga tidak menyelesaikan masalah.
Masyarakat yang berbondong-bondong itu berkerumun, berjejal di sekitar
rumah tahanan, bahkan ada yang minta ikut ditahan bersama Kiai Cholil.
Melihat kenyataan itu akhirnya Belanda membuat pertimbangan. Dari pada
dipusingkan dengan hal-hal yang tak bisa diatasi, maka akhirnya pihak
penjajah membebaskan Kiai Cholil tanpa syarat.
Penghormatan masyaraakat Jawa dan Madura pada kiai yang satu ini
sangat besar, selain menjadi guru hampir dari keseluruhan kiai Jawa,
sejak Kiai Hasyim Asyari, Wahab Hasbullah, Kiai Asad dan sebagainya,
Kiai itu juga dipercaya sebagai waliyullah yangs angat makrifat. Sang
Kiai memang orang yang alim dalam ilmu nahwu, fiqh dan tarekat. Ia tidak
hanay menghafal Al-quran, tetapidan menguasai segala ilmu Al-quran,
termasuk qiraah sabah (tujuh macam seni baca Al-quran).
Sebagai seorang wali maka ia dimintai restu oleh berbagai kalangan,
termasuk salah satu ulama yang melegitimasi lahirnya NU adalah Kiai
Cholil, sebab sebelum mendapat isyarah dari Kiai Cholil, Kiai Hasyim
Asyari masih menunda gagasan yang dilontarkan oleh Kiai Wahab Hasbullah
untuk mendirikan jamiyah ulama itu. Baru setelah mendapat restu Kiai
Cholil, melalui Kiai Asad Syamsul Arifin, Kiai Hasyim Asyari segera
mendeklarasikan NU, sebagai organisasi sosial, yang segera disambut oleh
seluruh ulana Jawa, Maduran bahkan luar Jawa dan dari luar naegeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar