Rabu, 07 Desember 2011

Menghormati Ilmu dan Ulama

 Sebagai seorang syaikh (guru besar) di Masjidil Haram Mekah, nama Kiai Nawawi Banten memang sangat popular terutama karena pengajian yang diberika serta kitabnya yang tersebar di seluruh Dunia Islam. Pada tahun1870 ulama Jawi yang popularitasnya menjangkau ke seluruh dunia Islam itu mendapat undangan ke Universitas Al Azhar, untuk mempresentasikan pikirannya secara langsung.
Ketika menghadiri undangan itu Kiai Nawawi tidak ingin mendapat sambutan yang berlebihan, yang disiasati  dengan cara menyamar sebagai orang biasa yang berpakaian Jawa, sementara muridnya disuruh berpakaian syaikh. Memang si murid mendapatkan penghormatan luar biasa, layaknya seorang alim besar. Sementara Kiai Nawawi  hanya duduk di kursi belakang. Ketika acara dimulai murid yang berperan sebagai Kiai itu berpidato singkat, karena alasan sakit ia minta diwakili oleh santrinya, yaitu Kiai Nawawi.
Dalam ceramahnya Kiai Nawawi yang asli itu  menguraikan berbagai persoalan keilmuan yang dihadapi dunia Islam secara rinci dan mendalam, dengan sikap yang tenang dan bahasa yang nyaris sempurna serta mampu menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para mahasiswa dengan sangat akurat. Penampilannya yang elegan itu mampu memukau para pendengarnya. Karena itu ia mendapatkan sambutan yang sangat istimewa, dengan mengatakan Masyaallah asistennya   saja sebegitu mengagumkan kealimannya, apalagi Syekh Nawawi sendiri, tentu lebih pandai.
Melihat gelagat itu Kiai Nawawi menyuruh santrinya yang menyamar segera menyingkir agar penyamarannya tidak terbongkar, karena langkahnya itu semata untuk mengukur konsistensi para ulama dan mahasiswa Al Azhar, yang tidak hanya mengagumi popularitas orang, tetapi juga mengagumi kemampuan seseorang, tidak peduli ia seorang santri, atau asisten kiai, kalau  memang isi ceramahnya yang berbobot tetap dihormati setingkat seorang syaikh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar