Sebagai
seorang syaikh (guru besar) di Masjidil Haram Mekah, nama Kiai Nawawi
Banten memang sangat popular terutama karena pengajian yang diberika
serta kitabnya yang tersebar di seluruh Dunia Islam. Pada tahun1870
ulama Jawi yang popularitasnya menjangkau ke seluruh dunia Islam itu
mendapat undangan ke Universitas Al Azhar, untuk mempresentasikan
pikirannya secara langsung.
Ketika menghadiri undangan itu Kiai Nawawi tidak ingin mendapat
sambutan yang berlebihan, yang disiasati dengan cara menyamar sebagai
orang biasa yang berpakaian Jawa, sementara muridnya disuruh berpakaian
syaikh. Memang si murid mendapatkan penghormatan luar biasa, layaknya
seorang alim besar. Sementara Kiai Nawawi hanya duduk di kursi
belakang. Ketika acara dimulai murid yang berperan sebagai Kiai itu
berpidato singkat, karena alasan sakit ia minta diwakili oleh santrinya,
yaitu Kiai Nawawi.
Dalam ceramahnya Kiai Nawawi yang asli itu menguraikan berbagai
persoalan keilmuan yang dihadapi dunia Islam secara rinci dan mendalam,
dengan sikap yang tenang dan bahasa yang nyaris sempurna serta mampu
menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para mahasiswa dengan
sangat akurat. Penampilannya yang elegan itu mampu memukau para
pendengarnya. Karena itu ia mendapatkan sambutan yang sangat istimewa,
dengan mengatakan Masyaallah asistennya saja sebegitu mengagumkan
kealimannya, apalagi Syekh Nawawi sendiri, tentu lebih pandai.
Melihat gelagat itu Kiai Nawawi menyuruh santrinya yang menyamar
segera menyingkir agar penyamarannya tidak terbongkar, karena langkahnya
itu semata untuk mengukur konsistensi para ulama dan mahasiswa Al
Azhar, yang tidak hanya mengagumi popularitas orang, tetapi juga
mengagumi kemampuan seseorang, tidak peduli ia seorang santri, atau
asisten kiai, kalau memang isi ceramahnya yang berbobot tetap dihormati
setingkat seorang syaikh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar