Selasa, 06 Desember 2011

Serban Diponegoronya Kiai Wahab

 Kiai Wahab hampir tak bisa lepas dari sorbannya. Dalam pesantren, dalam rapat-rapat, dalam perjalanan, dalam menghadiri sidang-sidang Parlemen, di Istana, dalam resepsi-resepsi, dan bahkan dalam medan-medan pertempuran ketika perang kemerdekaan berkobar, Kiai Wahab hampir tak pernah melepaskan sorbannya. Tempo Doeloe ketika mobil-mobil masih harus di othei, kalau ada orang pakai sorban nyetir mobil, bisa dipastikan bahwa itu adalah Kiai Wahab.
Suatu ketika Kiai Wahab berbicara dalam Parlemen. Sebelum naik podium, berdiri membetulkan letak sorbannya. Sekelompok anggota Parlemen yang usil mulut nyeletuk : Tanpa sorban kenapa sih? Sambil menunjuk ke sorbannya Kiai Wahab kontan menjawab : Sorban Diponegoro! Begitu berdiri diatas podium, Kiai Wahab menunjuk lagi ke arah sorbannya sambil mengatakan : Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo, Imam Bonjol, Tengku Umar, semuanya pakai sorban.. Keruan saja ruangan sidang serentak gelak tertawa!

Ketika PKI melakukan pemberontakan Madiun yang terkenal, hari itu Kiai Wahab sedang memimpin Latihan Ulama NU seluruh Jawa yang menjadi pimpinan teras Barisan Sabilillah bertempat di Ngawi. Dengan peristiwa Pemberontakan PKI tersebut seketika latihan diakhiri, para pesertanya cepat-cepat kembali ke daerahnya masing-masing melakukan jihad.

Dari Ngawi Kiai Wahab bermaksud pulang ke Jombang. Ketika itu satu-satunya kendaraan cuma kereta api. Ini harus ditempuh dengan jalan memasuki kota Madiun. Tetapi bagaimana, Madiun dikuasai PKI. Kalau saja orang-orang PKI mengenali Kiai Wahab, entah apa jadinya.

Kiai Wahab tidak kehilangan akal. Ada taktik untuk menyamar. Dalam hatinya, taktik menyamar adalah benteng paling penghabisan dalam menghadapi musuh. Sorban ditanggalkan dan dipakai dilapisan dalam sarungnya. Baru lega hatinya. Tanpa sorban orang agak sukar mengenai Kiai Wahab. Tapi bagaimana dengan kopyah putihnya? Lihat kiri-kanan. Seorang pemuda mengenakan peci hitam di dekati. Diplomasi dijalankan. Entah karena dibeli atau karena diberikan, peci hitam pindah dikepala Kiai Wahab, dan kopyah putih dimasukkan kedalam sakunya.

Selamatlah Kiai Wahab tiba di Jombang untuk memimpin perlawanan Sabilillah Hisbullah menghadapi pemberontakan PKI untuk menyelamatkan Negara dan Agama! Memang identitas bisa membawa berkah tapi bisa membawa musibah, tetapi ditangan orang yang lihai semua kesulitan bisa diatasi, sebagaimana dicontohkan Kiai wahab dalam menghadapi situasi sulit identitas ditanggalkan agar selamat  dari ancaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar